TIGA BERSAUDARA

By | January 29, 2018

keluarga

Ini cerita tentang keluargaku. Ini tentang hubunganku dengan kedua kakakku yang cantik. Hubungan ini berbeda dengan hubungan kakak-adik pada umumnya yang menginjak usia dewasa. Sampai saat ini, kedekatan kita bertiga sama halnya ketika masa kecil dulu. Kita masih akrab dan dekat seperti dulu. Yang berubah adalah tidak ada lagi jambak2an, tendang2an, dan gigit2an. Sekalipun ada, itu hanyalah latihan belaka. wkwkwk

Aku pikir, akulah yang paling banyak berusaha dan berkorban untuk mengupayakan hubungan ini tetap harmonis dan tidak sesuram kebanyakan yang lain. Aku yang membuat suasana mencair. Aku yang membuat gelak tawa. Aku yang berlagak gila dan bloon. Aku yang tidak cool sama sekali, berbeda ketika aku berhubungan dengan orang lain (wkwkwk). Aku dan aku. Tapi, aku salah. Ternyata mereka berdua juga berkorban banyak hal, dengan usia yang tak muda lagi, dengan semakin banyaknya urusan pribadi, yang seharusnya tidak dihabiskan untuk mengurus atau membantu adik sepertiku ini.

Awal tahun ini, kita telah berkumpul bersama di rumah kakak pertamaku. Ketika kita berkumpul bersama, waktu yang ada benar-benar dihabiskan untuk kegiatan bersama. Nonton film menjadi agenda yang wajib dilakukan saat bersama. Horror menjadi genre yang paling diminati. Kita menonton di televisi, setelah aku download film-film terpilih terlebih dahulu (numpang wifi gratis tentunya). Alhasil, teriakan-teriakan menyertai di malam hari. Setelah aku pulang, aku seperti merasa berdosa, “Bagaimana jika kakakku diusir gara-gara keramaian yang telah kita timbulkan?”

Sama halnya jika di rumah. Ketika ketiga anaknya pulang semua, rumah menjadi ramai kembali. “Rumah Bu Amin kembali ramai ya?” celoteh tetanggaku pada mamiku. Di kosan pun juga begitu. Rasanya aku menjadi salah satu orang yang paling ingin diusir dari kosan karena paling berisik, entah itu gara-gara musik, teriakan, tawa, atau film. Aku merupakan seseorang yang sulit untuk menahan, entah itu tertawa atau berteriak.

Baca juga :   AKU DAN MIMPI

Kembali ke hubungan kita bertiga. Awalnya aku tidak begitu paham cara berpikir dan berperilaku orang dewasa. Papiku menjadi salah satu orang yang tidak kupahami saat masa kecil dulu. Masalah terbesar bagi papiku, mamiku, kedua kakakku, dan aku tentunya (kenapa gak langsung nyebut keluarga aja?) adalah papiku seorang pelupa akut. Akibatnya, ketika ada barang yang hilang atau terselip (gara-gara dia sendiri) dia akan berteriak-teriak dan menyalahkan semua anggota keluarga yang ada di rumah. Rumah seakan-akan bergetar gara-gara teriakannya. Semua kata makian keluar dari mulutnya (oleh karena itu kosakata makianku banyak banget). Kita berempat benar-benar merasa bahwa ada bom di rumah dan secepatnya harus ditemukan, atau rumah akan hancur karenanya.

Bukan itu inti yang akan kuceritakan. Anehnya, setelah dia marah-marah besar (karena ulahnya sendiri), dia akan kembali menyapa/bercanda/mengobrol pada kita berempat seakan-akan kejadian sebelumnya (marah-marah besar) tidak pernah terjadi. Bukan hanya ketika bencana lupa, melainkan ketika berdebat atau kemarahan yang lain. “Kok bisa ya?” pikirku. Aku benar-benar heran akan hal tersebut. Maksudku, seharusnya masih ada rasa kesal (meskipun itu karena dia sendiri atau memang kita yang bersalah), atau seenggaknya ada jeda yang lebih lama untuk meredakan amarah bukan? Tidak secepat ini. Bahkan ada masanya aku begitu canggung ketika hal tersebut terjadi, karena terlalu cepat.

Aku berhasil meniru kelebihan dari papiku tersebut. Kita bertiga berhasil melakukannya, bahkan untuk kakak keduaku yang paling ngambek-an (bahasa jawanya ngambulan). Tidak ada rasa marah atau kejengkelan yang terlalu lama diantara kita bertiga, entah itu setelah berdebat besar atau bertengkar. Kita bisa langsung tersenyum dan tertawa bersama setelah berdebat/bertengkar. Kita bertiga telah bertransformasi menjadi sosok yang dewasa. Dendam bukanlah suatu yang elegan bagi orang dewasa. Kita bertiga telah menjadi menjadi sosok yang dewasa, meskipun aku masih prematur (aku masih mendendam pada orang lain). Kita bertiga telah melampauimu papi.

Baca juga :   PENIKMAT FILM

Entah sampai kapan hubungan kita bertiga akan terus harmonis seperti ini. Yang pasti, kita bertiga akan selalu berusaha untuk mempertahankannya. Aku sebagai pewaris rumah di Pasuruan, juga akan berencana merenovasi rumah menjadi lima lantai sebagai upaya agar agenda kumpul keluarga semakin nyaman dan menyenangkan. Amiiiin. Wkwkwk

 

Writer : Bayu Rakhmatullah

4 thoughts on “TIGA BERSAUDARA

  1. merisa

    manusia dewasa itu lebih unik dr anak2 .. 😂😂

    tp belajar dr manusia dewasa sebelumnya.. skrg aku jadi ngajarin anak2 buat mengenal emosi .. buat bisa ungkapin apa yg mereka rasain .. ya cemas .. ya marah .. ya sedih.. semua deh .. biar mrk ga jdi manusia aneh kaya aku .. yg kalo panik malah marah2 … ini turunan ini.. dr papa hahahaha

    Reply

Mari Berdiskusi