YOUTH ADVENTURE – ZIARAH DIRI TANGAN DI BAWAH (EPISODE 4)

By | November 12, 2016

Youth Adventures menjadi daya tarik utama sehingga aku memutuskan untuk mendaftar YA YLF (Youth Adventures and Youth Leaders Forum) 2016 Gerakan Mari Berbagi. Banyak cerita inspiratif lahir dari Youth Adventures, dan aku ingin merasakannya juga secara langsung. Ajang ini menantangku apakah aku bisa bertahan dalam kondisi kekurangan, ditambah lagi di luar zona nyaman. Aku sungguh tidak sabar untuk menjalani petualanganku ini. Yeah, alhamdulillah aku dinyatakan lolos untuk mengikuti YA YLF 2016.

Mari kita kembali ke hari pelepasan Youth Adventures. Minggu, 28 Agustus 2016, 48 pemuka pemuda dilepas untuk menjalani Youth Adventures dari Yogyakarta ke Jakarta, dengan melewati 2 kota. Detik-detik sebelum pelepasan, diumumkanlah pembagian kelompok YA, yang masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 orang. Jantungku sama sekali tak berdetak kencang, aku sudah mati rasa karena aku telah kehilangan separuh jiwaku, pasanganku, kakakku Atina Ulfa. Harapan awal kita, kita bisa bersama dan menggila bersama. Tapi harapan itu tak terwujud, ya sudah lah, aku juga sudah siap berkelompok dengan siapapun. Aku akan berusaha mencurahkan semua hatiku dengan kelompokku nantinya. Pengumuman dikumandangkan, aku sekelompok dengan kak Anita Nathania dan kak Nur Aisyah.

Youth Adventures

Singkat cerita kita bertiga diturunkan di tengah jalan untuk langsung memulai petualangan menuju kota Semarang. Kita bertiga memutuskan untuk sholat terlebih dahulu, memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menjalani petualangan ini. Tepat setelah sholat, berkah pun datang menghampiri kita. Remaja masjid memberikan roti kepada kita bertiga sebagai bekal perjalanan menuju Semarang. Momen ini dialami oleh kak Anita seorang karena pada saat itu aku dan kak aisyah sedang sholat. Setelah kurenungi, bahkan aku baru sadar ketika menulis kisah ini, cerita ini mirip sekali dengan film India berjudul “Kuch Kuch Hota Hai”, dimana doa seorang anak kecil langsung dikabulkan oleh Tuhan.

Perjalanan pun dilanjutkan. Kita bertiga memutuskan untuk meminta bantuan orang lain dengan tebeng-tebengan. 30 menit berlalu, kita masih belum mendapatkan bantuan. 1 jam kemudian, kita masih juga belum mendapatkan tumpangan. Muka mulai menghitam dan lusuh akibat sinar matahari yang sangat terik. Seharusnya kita bertiga bisa langsung mendapatkan tumpangan dengan muka yang menyedihkan ini. 2 jam berlalu, seorang ibu dengan mobil mewah nya memberikan tumpangan pada kita bertiga. “AC”, teriakku. Sejuknya, aku ingin tidur di mobil ini selamanya.

Bu Sri namanya, ibu tiga anak yang ingin menjenguk anak pertamanya di pesantren. Batas kunjungan pesantren tersebut adalah pukul 15.00, sedangkan saat itu sudah menunjukkan pukul 14 lebih. Bu Sri rela memutar lebih jauh ke tujuan awal demi kita bertiga agar sampai di terminal. Bahkan Bu Sri menawarkan sejumlah uang untuk ongkos bisa kita bertiga, tapi aku langsung menolaknya, karena ini perjalanan pertamaku sedangkan aku masih belum terbiasa dengan kebaikan yang berlebihan.

Baca juga :   GMB KANGEN KAMU

Tibalah kita bertiga di terminal. Awalnya kita mencoba untuk tawar-menawar harga bis, layaknya strategi alumni YA YLF sebelumnya. Namun, kita gagal total. Pada akhirnya kita bertiga mencari tumpangan lagi. Kita bertiga berkomitmen untuk menggunakan uang 300k hanya untuk makanan, bukan transportasi. Di tengah jalan, kita bertiga bertemu dengan kelompok lain, kak arif dkk (Arief Ali Basna, Afifah Nurfadhilah M, Andik Nugroho, Mikael Jefrison Leo). Doi yang selama ini katanya menganggap aku sebagai adiknya tega mengacuhkan aku di tengah jalan. Doi memalingkan wajahnya, bahkan sempat ketawa dengan nasib kita bertiga yang belum mendapatkan tumpangan. Sungguh jahat doi.

Youth Adventures

Kekesalanku mereda ketika akhirnya kita memperoleh tumpangan pick up. Kita meminta agar diturunkan ke tempat yang strategis untuk meminta tumpangan selanjutnya. Lampu merah menjadi tempat yang sesuai untuk aksi kita bertiga.

Giliranku beraksi karena aksiku banyak ditolak. Kita bertiga memilah dan memilih mobil yang akan kita tumpangi, yaitu mobil berplat H. Waktu di atas pick up, kita mencoba membidik beberapa mobil untuk ditumpangi. Ada mobil yang isinya dua cewek yang ketawa ketiwi melihat kita bertiga di atas pick up. Awalnya kukira mereka simpati dengan kita bertiga, ternyata setelah kita ketok kacanya mereka tak menggubris sama sekali. Mobil berplat H, kita menemukannya. Aku dan kak aisyah langsung meluncur ke arah mobil tsb, sedangkan kak anita menjaga tas kita berdua di pinggir jalan. Kuketok kacanya dan kudapati dua orang pria yang tengah tersenyum pada kita berdua. Yes, dua bapak tersebut mempersilahkan kita menumpang.

Youth Adventures

Nama mereka berdua adalah Pak Rohimin dan Pak Saman. Mereka berdua baru saja kembali dari Yogyakarta untuk mengantarkan pasien. Kita berlima berbagi kisah masing-masing, menceritakan tentang GMB, YA YLF, daerah masing-masing, dan kehidupan kita bertiga sebagai mahasiswa. Kedua bapak tersebut bercerita banyak tentang pengalaman sebagai sopir. Kisah membantu sesama lewat pemberian tumpangan sampai kisah yang kocak, dirayu banci di tengah jalan. Awalnya kita bertiga hanya meminta tumpangan ke Magelang saja, tapi kedua bapak tersebut menawarkan tumpangan sampai ke Semarang, dengan jalur memutar yang amat jauh dari tujuan awal bapaknya.

Baca juga :   GMB FUNVENTURE 2016

Kak Anita menyadari hal tersebut setelah melihat Google Maps, bahwa jalur yang ditempuh untuk ke Kendal (tujuan kedua bapak tersebut) lebih jauh jika melewati Semarang daripada tidak. Kita bertiga terenyuh dibuatnya. Bayangkan, mereka rela berkorban hanya demi kita bertiga, orang yang sama sekali tidak dikenalnya!!!. Bensin, waktu, tenaga telah korbankan demi kita bertiga. Bahkan aku mendengar percakapan di telepon bahwa keluarganya di rumah menanyakan kenapa belum sampai rumah. Padahal mereka berdua memiliki pilihan untuk menurunkan kita bertiga di tengah jalan dengan alasan apapun itu, dan kita bertiga tidak bisa protes. Toh kita sudah diantarkan sejauh ini, dengan mobil mewah nan berAC pula.

Belum kelar sampai disitu. Kita berlima singgah di masjid untuk menunaikan sholat maghrib. Kita bertiga langsung menuju toilet, sedangkan kedua bapak tersebut langsung menunaikan kewajibannya. Kemudian kita bertiga mengisi ulang botol masing-masing di dalam masjid. Mobil dinyalakan dan lampu depan mobil mulai menyala. Aku mulai curiga bahwa kedua bapak tersebut memutuskan untuk meninggalkan kita bertiga di masjid dan mengambil barang-barang bawaan kita yang ada di dalam mobil. Kecurigaan bodohku tidak terjadi. Pak Rohimin memutuskan untuk memanaskan mobilnya terlebih dahulu sebelum berangkat lagi. Aku sungguh tidak tahu diri atas kecurigaan bodohku tersebut. Aku membalas kebaikannya menemani berkilo-kilo meter dengan kecurigaan. Maafkan aku bapak.

Sampailah kita di Semarang. Pak Rohimin menunjukkan bahwa di dekat sini terdapat masjid besar yang bisa digunakan sebagai tempat israhat kita nantinya. Sebelum benar-benar berpisah, aku meminta kedua kakakku untuk bersalaman (sungkem) kepada kedua bapak tersebut, sekadar untuk mengucapkan rasa terima kasih atas bantuannya. Aku yang terakhir menjabat kedua tangan bapak tersebut dan kuperolehnya makanan ringan dari keduanya. Sekarang giliran akulah yang merasakan langsung momen menggetarkan tersebut. Bapak, akulah orang yang telah mencurigaimu. Mencurigai yang tidak-tidak. Maafkan aku Pak Rohimin dan Pak Saman. Terima kasih atas bantuannya. Kita bertiga berhasil menjalani petualangan ini dengan sangat baik, bahkan kita bertiga sudah mulai kegiatan sehari-hari seperti semula. Terima kasih bapak. Aku berjanji bahwa aku akan mengurangi kecurigaanku terhadap kebaikan orang lain.

 

Cerita sebelumnya : Episode 3

Writer : Bayu Rakhmatullah

Mari Berdiskusi