Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku naik kapal laut yang berlayar selama beberapa hari. Untuk pertama kalinya. 22 Agustus 2017, aku berangkat dari pelabuhan Tanjung Perak menuju kota Tual. Keberangkatan ini membutuhkan waktu selama 4 hari 5 malam.
Untuk pertama kalinya, aku merasakan apa yang dirasakan oleh Anna dalam novel “Rindu” karya Tere Liye. Aku begitu menikmati pengalaman pertamaku ini. Aku pergi ke dek paling atas untuk melihat matahari terbit dan tenggelam. Aku sholat di masjid kapal sambil merasakan goncangan ketika ditabrak ombak besar. Aku juga melihat ikan lumba-lumba yang mengikuti kapal, dan masih banyak pengalaman lainnya. Akhirnya, aku merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh Anna selama di kapal laut. 4 hari menjadi waktu yang berharga untuk kukenang nanti.
Tepat tanggal 26 dini hari, aku sampai di pelabuhan Tual.
Sekali lagi, untuk pertama kalinya aku disambut dengan sambutan seperti itu. Sambutan yang begitu spesial pada pagi harinya oleh masyarakat Lebetawi. Aku disambut dengan Tarian Panah oleh anak SD Lebetawi dan masih banyak juga tarian yang lain. Sungguh, ini merupakan kali pertama aku disambut semeriah itu.
Tual, bukan hanya kebaikan hati masyarakatnya yang membuatku berdecak kagum, tempat wisatanya juga berhasil membuatku jatuh hati. Berikut surga-surga yang tersembunyi di Tual :
-
PASIR PANJANG
Pasir panjang, pantai dengan pasir terhalus di Indonesia. Pantai ini juga menyandang pantai dengan pasir terhalus nomor 2 di dunia, setelah Hawai. Pantas saja, karena pasirnya sehalus tepung. Aku tidak melewatkan predikat tersebut begitu saja, aku mengambil sedikit pasir untuk kubawa sebagai oleh-oleh.
Pantai Pasir Panjang terletak di Ngurbloat, Tual, Maluku Tenggara. Kala itu aku dan teman-temanku berangkat naik mobil pick up ditemani dengan masyarakat Lebetawi. Sepanjang jalan menuju pantai ini sangatlah sepi, sehingga tidak akan terkendala oleh kemacetan. Saat aku sampai disana, aku terpesona dengan pantai yang amat panjang. Sepanjang pantai ini pula tumbuhlah pohon kelapa yang amat indah jika di foto dari atas menggunakan kamera drone.
Aku memandangi pantai secara keseluruhan sebelum mengambil gambar dengan kamera DLSR ku. Aku diam sejenak sambil mengucap syukur telah diberikan kesempatan untuk mengunjungi pantai yang amat indah ini. Sepanjang pengamatanku aku tidak menemukan sampah yang bergentayangan di pantai ini. Hal itu dikarenakan pengolahan wisata yang baik oleh masyarakat setempat. Rombonganku memutuskan untuk menunggu hingga matahari terbenam. Beruntungnya langit sangat cerah kala itu. Tak ada awan yang menghalangi sang matahari beranjak ke peraduannya.
Sunset itu begitu indah. Matahari terlihat amat jelas dan bulat. Kuabadikan momen tersebut dengan kamera DSLR ku.
-
PULAU BAIR
Pulau Bair menjadi surga terakhir di Tual yang kukunjungi. Masyarakat Lebetawi menyebutnya sebagai Raja Ampatnya Tual.
Perjalananku kesana menggunakan kapal speed. Perjalanan dari desa Lebatawi ke Pulau Bair membutuhkan waktu kurang lebih 1.5 jam. Waktu tersebut tidak akan terasa lama, karena selama perjalananan aku disuguhi dengan pemandangan indahnya pulau-pulau tak berpenghuni.
Saat aku sampai disana, aku langsung jatuh hati dengan pulau ini. Tulisan “BAIR” menyambut kedatanganku. Ada jembatan yang menghubungkan langsung ke pulau Bair. Warna airnya biru kehijau-hijauan. Ada banyak tebing yang mengelilingi pulau tersebut. Aku menaiki salah satunya. Kutemukan banyak pohon anggrek tumbuh disana.
Aku mulai dengan “ritual” yang biasa kulakukan. Aku memandangi pulau Bair secara keseluruhan seraya bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa. Aku mulai mengeluarkan perlengkapan kameraku, kemudian mencari sudut yang paling bagus untuk mengambil gambar. “Cekrek,” aku mendapatkan gambar yang indah. Teman-temanku yang sedang berenang berteriak padaku untuk meminta difoto. Sungguh pengalaman yang berharga dan sayang sekali jika tidak diabadikan.
Aku sungguh beruntung dilahirkan di Indonesia, negara dengan pesona alam yang begitu indah. Aku juga beruntung bisa pergi berpetualangan ke daerah Indonesia bagian Timur, tepatnya Tual. Bonusnya adalah mengunjungi surga tersembunyi di Tual, yaitu Pulau Bair.
Jika diberikan kesempatan, aku ingin sekali mengunjungi kembali Pulau Bair. Menghabiskan waktu yang lebih lama di sana seraya bersyukur pada Tuhan atas ciptaanNya. Aku akan menaiki semua tebing yang ada sambil mencari “angle” yang terbaik untuk menangkap pesona terindah dari Pulau Bair. Aku juga akan menyelam sambil menikmati keindahan karang di bawah sana. Tentunya dengan penglihatan yang baru. Semoga. Begitulah ceritaku mengunjungi surga tersembunyi di Tual.