SPECIAL PERSON

By | January 29, 2017

12 Januari 2017, aku memperoleh mention sekaligus tag dari Bang Heru dan Kak Aima di Instagram. Seketika memori awal tahun 2016 bergentayangan di kepalaku. Sayangnya, kala itu aku masih hiatus dari segala sosial media (bahkan sampai sekarang), sehingga aku tak bisa ikut bernostalgia ria di kolom komentar. Bahkan sampai sekarang aku masih belum nge-like ataupun memberikan komentar saking totalitasnya dalam berhiatus ria. Tapi, tak elok jika aku tak merespon sama sekali padahal dari sekedar tag dan mention tersebut membuatku tersenyum lebar. Meskipun, aku masih nagih dengan “berhiatus ria”, hanya melihat, mengamati, kemudian tersenyum sendiri.

Mari kembali ke tahun 2016, ke Medan dan awal tahun yang penuh kenangan indah. Bertemu dengan orang yang hebat nan baik itu merupakan karunia tersendiri bagiku. Ijinkan aku untuk mendeskripsikan beberapa teman yang kusebut sebagai “special person”. Check it out!

Bang Heru

 

Terlihat sangat jelas dari raut muka dan gaya berbicara bahwa Bang Heru tergolong manusia lucu nan kocak. Dia jadi target pertamaku untuk kujadikan teman kala itu. Wae (mengapa dalam Bahasa korea)? Aku paling suka memiliki teman yang kocak, apalagi jika orangnya baik. Orang seperti itu menjadi candu tersendiri untuk diajak berinteraksi karena selalu berhasil membuat gelak tawa, bahkan untuk hal yang sangat sederhana. Aku sangat butuh tertawa dalam hidup ini (hehehe).

Tak hanya jago bercanda, dia juga memiliki skill akting yang tinggi. Ketika cultural performance, dia berkolaborasi dengan Bang Raffi, yang membuat semua orang terkesima dan penuh tawa. Bahkan sampai sekarang aku masih belum menjumpai pertunjukan sekelas mereka berdua di kegiatan-kegiatanku kemudian, yang hanya memerlukan persiapan satu hari saja. Emang daebak mereka berdua! Mereka disebut sebagai “suami-istrinya GYC”.

Bulan Agustus 2016, aku diijinkan kembali untuk mengenal lebih jauh tentang Bang Heru. Dia, Bang Aslim, dan Bang Maisal berkunjung ke Bandung. Tiga Serangkai dari Aceh tersebut telah usai mengikuti kegiatan di Jakarta, kemudian berlibur di Jogja. Aku ingat betul bagaimana pertama kalinya aku bertemu dengan Bang Aslim dan Bang Maisal. Waktu itu aku harus menjemput mereka di Stasiun Kiaracondong. Aku pikir penjemputan tidak akan rumit, sehingga kuputuskan untuk tidak membawa tab ku. Akhirnya terjadi lah “drama-drama”, yang jika diingat kembali akan memancing emosiku. Tapi, ketika aku melihat wajah mereka bertiga aku tersenyum, mereka selamat. Tidak membutuhkan waktu yang lama aku akrab dengan Bang Aslim dan Bang Maisal, karena mereka berdua juga sama-sama kocak.

Bang Heru lebih menyukai wisata kuliner dengan adanya obrolan-obrolan ringan, dibandingkan wisata alam. Dia orang yang mandiri sejak kecil. Dia juga yang paling dewasa diantara kita berempat. Dia juga orang yang sangat peduli pada temannya, sehingga entah kenapa dia begitu suka memberikan nasihat dan masukan kepada teman-temannya agar menjadi pribadi yang lebih baik. Bukan menggurui, dia hanya suka sekali berbagi cerita inspirasi. Bahkan jika aku lebih tua darinya, dia yang akan menjadi sosok dewasa yang “menceramahi” ku (hehehe).

 

Willy

 

 

Willy, dia tipe orang yang tidak akan meninggalkanmu sendirian, meskipun kamu memintanya untuk meninggalkanmu. Tidak akan, dia tidak akan meninggalkanmu. Berbeda denganku, tanpa diminta pun aku akan meninggalkan orang lain. Bercanda (hehehe). Tapi sayangnya, dia menerapkan hal tersebut pada semua orang tanpa mengetahui terlebih dahulu karakter orang yang dihadapinya. Misalnya aku, aku bukanlah tipe orang yang meminta untuk ditinggalkan sendirian, namun di dalam hatinya tidak ingin ditinggalkan. Ketika aku mulai membaik, toh aku akan kembali dengan sendirinya. Well, aku benar-benar orang yang introvert. Tapi tetap saja, orang seperti Willy merupakan teman yang sayang sekali untuk dilepaskan.

Baca juga :   Semua Bisa Jadi Chef dengan Yummy App

Awalnya, aku tidak dekat dengannya ketika kegiatan berlangsung. Menjelang malam perpisahan, barulah kita bercanda ria. Yup, sering sekali aku seperti itu, merasa dekat menjelang akhir. Aku tak masalah dengan aku yang seperti itu, karena bagiku pertemanan adalah masalah “cocok-cocokan”, entah itu mulai dari awal atau menjelang akhir. Toh yang penting akhirnya akrab bukan? Hanya dengan beberapa orang saja aku merasa akrab melalui “pandangan pertama”. Itu seperti unmyeong (takdir), misalnya dengan Kak Fatma di NSSC, dengan Mbak Atina di NC, dan Bang Heru di GYC.

Kembali ke Willy. Loyalitas dan totalitasnya tak perlu diragukan lagi. Ketika dia sudah berkomitmen untuk mengabdi pada suatu komunitas atau organisasi tertentu, maka dia akan mengerahkan seluruh tenaganya untuk “mereka”. Aku akan selalu bertanya-tanya padanya, “Tak lelahkah anda?”. Dan pada akhirnya aku selalu memujinya atas kerja keras tersebut. Namun, akan selalu ada “oknum” yang akan memanfaatkan kebaikannya secara tidak baik. Oleh karena itu, aku selalu berpesan padanya agar lebih memahami yang namanya “manusia”.

Dia tipe orang yang suka menjadi pihak yang dibutuhkan, pihak yang ingin mendengarkan suatu kisah, pihak yang otomatis sangat penasaran. Maka dari itu, tidak aneh jika dia selalu menanyakan kabar, kesibukan, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang mengundang pihak yang ditanya untuk menceritakan suatu kisah.

 

Kak Aima

 

 

Aku mengira bahwa aku sudah cukup banyak tersenyum setiap harinya. Tapi, jika dibandingkan dengan Kak Aima, aku bukanlah apa-apa. Dia selalu tersenyum. Setiap aku melihatnya, dia selalu dalam posisi tersenyum. Wae Kak Aima? Aku menuntut jawaban atas pertanyaan ini (wkwkwk).

Dia pernah mengijinkan aku menginap di kontrakannya. Aku menginap di tempat yang menjadi saksi bisu adanya cerita dan kenangan indah antara 10+ warga GYC. Aku tak pernah bosan jika diceritakan kisah itu kembali.

Kak Aima, dia menjadi orang yang tidak akan berkhianat kepada temannya sendiri. Ketika Willy bertanya, “siapa orang yang harus aku jadikan teman?, maka aku menjawab salah satunya adalah Kak Aima. Terima kasih banyak telah sudi menandai aku dalam foto instagramnya Ka Aima. Foto tersebut berarti banyak bagiku.

 

Bang Mizyan

 

 

Aku ingat betul kesan pertama aku bertemu dengannya. Dia menanyakan padaku, apakah aku masih mengenal Kak Lina ketika bertemu di Bali. Dia juga meminjam ID Card ku untuk difoto. Selang beberapa waktu, dia tampil di atas panggung.

“Ngapain orang itu?”, pikirku.

Baca juga :   KOMPETISI

Ternyata dia tampil untuk menyanyikan sebuah lagu. Seketika aku terkejut ketika dia mulai mengeluarkan suaranya.

“Omo omo omo, merdu sekali suaranya. Kenapa bukan aku yang suaranya merdu?”. (Nangis di pojokan.

Dapat dipastikan bahwa akulah salah satu orang yang berteriak paling keras ketika dia tampil kembali di panggung GYC. “HUOOOOOOO”, teriakku.

Bang Miyzan memiliki karakter yang mirip denganku (nyama2in). Dia akan menjadi pendiam ketika bersama dengan orang yang baru dikenalnya, namun akan berubah menjadi “liar” seketika, ketika bersama dengan orang yang sangat akrab dengannya. Dia tipe orang yang introvert. Betul gak bang Miyzan? (wkwkwk)

Aku selalu menyampaikan pesan yang sama padanya, untuk tidak menyia-nyiakan bakat yang telah dia peroleh. Dia harus mengikuti audisi menyanyi, setidaknya sekali. Semangat Bang Miyzan! Fighting!

 

Dek Andini

 

Aku speechless ketika menceritakan doi. Udah cantik, aktif, baik pula. Benar-benar idaman (wkwkwk). Dia tinggal di Binjai dan kuliah di UINSU. Setiap harinya dia harus naik kereta untuk kuliah. Berangkat pagi pastinya. Jadi, tak perlu ragu akan kerajinannya. Salut dengan dek Andini.

Aku juga pernah menginap beberapa hari di rumahnya. Medan menjadi kunjungan dengan tempat menginap paling banyak, tiga sekaligus (dasar tak tahu malu). Semua anggota keluarganya dilahirkan menjadi orang baik, kedua orang tua dan dua adik kecilnya. Mereka memintaku untuk menginap lebih lama, tapi aku menolaknya, takut ada yang cemburu waktu itu (bercanda, wkwkwk). Binjai menjadi kota yang romantis bagiku, entah kenapa aku berpikir seperti itu. Suasananya, tempat makannya (tempat makan -_- :v). Jambu air, hmm suka sekali sama jambu airnya. Nomu nomu choah (sangat sangat suka). Fix kalo ke Medan lagi harus mampir ke rumahnya. (hihihi)

Mungkin ada beberapa yang berprasangka tidak begitu baik ketika pertama kali bertemu dengannya. Tapi, sungguh itu tidak benar, apapun itu. Dia orang yang baik. Dia juga sangat bisa menjadi teman yang baik sekaligus dapat diandalkan. Ya seperti yang telah kubilang tadi, bahwa pertemanan adalah masalah cocok atau tidak. Mungkin dia sama seperti ku, sedikit mengalami kesulitan untuk memancarkan kesan pertama yang “wah nan baik” (nyama-nyamain lagi). Dek Andini, Fighting!

Aku bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang seperti mereka. Aku juga ikut senang ketika satu sama lain tetap menjaga komunikasinya dan tetap bertemu jika ada kesempatan.

Aku ingin sekali berkunjung ke Medan kembali. Tapi, sibuk kali awak ini, banyak kegiatan (padahal gara-gara gak punya duit). Sejak aku sering sekali di php sama mbak Atina, aku percaya dengan kata “nanti”. Segala sesuatu yang dipaksakan tidak akan bagus akhirnya. Jadi, nanti. Nanti, akan ada waktu yang tepat kita akan bertemu kembali. Percayalah, nanti akan ada waktu yang tepat. Nanti!

 

Author: Bayu Rakhmatullah

Seorang anak muda yang ingin menjadi petualang sejati.

Mari Berdiskusi