Pengalaman Sendiri Adalah Guru Terbaik

By | March 11, 2020

Experiences are the best teacher.

Pernah lihat quote ini di buku-buku tulis, ketika kalian sekolah? Biasanya quote ini terpampang tepat di bawah halaman buku. Kala itu (SD-SMP), aku masih belum cukup paham akan pernyataan tersebut.

Di usiaku yang menginjak seperempat abad ini, aku sudah paham sepenuhnya makna quote tersebut. Aku sudah mengalami begitu banyak hal, pahit manisnya hidup, yang membuktikan bahwa quote tersebut benar adanya. Bukan orang tua, guru-guru di sekolah, dosen dkk, melainkan pengalamanlah yang menjadi guru terbaikku. Terlebih pengalaman sendiri.

Pengalaman yang dilalui/dirasakan sendiri jauh berbeda dengan yang tidak dialami sendiri. Rasanya akan jauh berbeda ketika kita merasakannya sendiri, alih-alih katanya, berdasarkan, menurut dkk.

“Kata temanku …”
“Kata orang tuaku …”
“Berdasarkan buku yang telah kubaca …”
“Menurut si …”

pengalaman

Sumber : Pixabay

Pengalaman yang dialami sendiri memberikan efek yang lebih mendalam daripada sekadar nasihat orang lain atau informasi yang diperoleh dari buku, film, internet dan lainnya. Oleh karena itu, orang-orang bijak akan mencoba mengalaminya sendiri, ketika mereka merasa tertarik setelah mendapatkan informasi dari luar (orang lain, buku, film dkk).

Pengalaman sendiri berperan besar terhadap keputusan-keputusan besar yang akan/telah kuambil. Jika dipikir-pikir kembali, pengalaman sendirilah yang memiliki pengaruh paling dominan dalam membuat keputusan.


Jika kamu memiliki waktu, alami sendiri! Jika kamu memiliki cukup uang, kunjungi tempat itu sendiri, alih-alih hanya menikmati melalui foto orang lain! Jika kamu memiliki kesempatan, lakukan sendiri, buktikan bahwa yang kamu baca itu benar adanya!

Tapi tak bisa dipungkiri bahwa usia manusia terbatas, kita tidak bisa merasakan segala jenis pengalaman. Oleh karena itu pengalaman orang lain juga dapat dijadikan pelajaran.

Baca juga :   Katakan Tidak!

Tapi, jika masih bisa, kenapa tidak mengalaminya sendiri?


Dulu, aku pernah menyesal akan keras kepalanya diriku.

“Andai saja aku dulu anak yang penurut, menuruti segala hal yang diucapkan oleh orang tuaku dan kakak-kakakku, pasti aku akan menjadi ‘keren’ seperti ini dalam waktu yang lebih cepat.”

Dulu, aku juga sering membayangkan bagaimana jadinya jika aku terlahir sudah memiliki kearifan dari berbagai pengalaman, atau setidaknya aku sudah menjadi bijak sejak muda? Karena aku menyadari bahwa memiliki banyak pengalaman merupakan anugerah yang besar. Tapi, bagaimana mungkin itu bisa terjadi?

pengalaman

Sumber : Stocksnap

Pemikiran itu tidak bertahan lama. Aku menyadari bahwa untuk menjadi seperti sekarang ini, harus melalui proses, yang tentunya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Tidak serta merta aku memiliki banyak pengalaman dan menjadi bijak. Aku bersyukur, aku menjadi sosok yang berani untuk mengalaminya sendiri. Pengalaman-pengalaman yang telah kulalui menjadi referensi utamaku dalam hidup, hingga aku terus menjadi lebih bijak dan lebih dewasa.

Wajar jika anak muda cenderung keras kepala, kerena mereka belum mengalami banyak hal sendiri.

Writer : Bayu Rakhmatullah

Mari Berdiskusi