Site icon BAYU RAKHMATULLAH

Meminta Maaf

meminta maaf

Sumber : Stocknap.io

Setelah aku menulis tulisan “Seseorang yang Mengerti”, ada seorang yang menanggapi tulisan tersebut.

“Kok bisa seperti itu? Apa alasan kalian berdua jarang sekali meminta maaf satu sama lain?”

Ketika ada dua orang yang sangat dekat dan saling memahami satu sama lain, mereka berdua akan tahu “alasan” di balik suatu hal. Tebakan masing-masing menjadi keniscayaan. Ketika salah satu pihak melakukan kesalahan, maka pihak yang lain akan mengetahui alasannya, bahkan tanpa diberitahu sekalipun. Karena tahu alasannya, maka dia akan memakluminya. Terkadang, suatu alasan/motif dkk jauh lebih penting daripada kesalahan itu sendiri.

Tentu saja kata maaf sewajarnya diucapkan ketika seseorang telah melakukan kesalahan. Akan tetapi, pada kejadian/pihak tertentu, kata maaf malah menjadi sebuah ejekan atau dianggap merendahkan pihak yang lain. Loh, kok bisa?

“Hey, it’s okay. I know your reason, very well.”

Bagi dua/lebih orang yang amat dekat dan saling memahami satu sama lain, meminta maaf malah menyinggung pihak yang lain. Kata maaf diartikan bahwa dia—yang meminta maaf—mengaggap bahwa yang dimintai maaf akan sakit hati, mudah tersinggung dan tidak kuasa memakluminya, padahal yang dimintai maaf sudah tahu alasan dibaliknya. Oleh karena itu, kata maaf tidak diperlukan lagi. Meminta maaf malah menyinggung pihak yang lain.

Tentu saja hanya karena sudah tahu alasan dibaliknya, tidak serta-merta kata maaf tidak diperlukan lagi. Ada prasyarat lain untuk mencapai level hubungan ini. Penyesalan. Penyesalan menjadi prasyarat selain mengetahui alasan dibaliknya. Ketika masing-masing pihak selalu menyesal setelah melakukan kesalahan, niscaya kesalahan tersebut tidak akan terulang di masa depan. Penyesalan itu sendiri sudah jauh lebih cukup dan lebih menjamin daripada kata maaf. Ya, masing-masing harus memiliki rasa sesal ketika melakukan suatu kesalahan.

Sejatinya, meminta maaf harus dilatih sedari kecil, begitu pula dengan kata-kata ajaib yang lain. Aku bangga sekali terhadap kakak pertamaku, karena dia telah mengajari anak-anaknya untuk meminta maaf, meminta tolong, dan berterima kasih. Dia juga mengajarkan untuk mengungkapkan kasih sayang. Penting sekali mengajarkan anak-anak untuk berekspresi sedari kecil, agar nantinya ketika mereka dewasa tidak buta ekspresi.

Sudahkah kalian meminta maaf?

Writer : Bayu Rakhmatullah

Exit mobile version
Skip to toolbar