Memaknai Ulang Kebahagiaan

By | March 31, 2023

Beberapa hari lalu, tepatnya 20 Maret 2023 diperingati sebagai Hari Bahagia Sedunia. Koran Harian Kompas ikut merayakannya dengan membahas makna kebahagiaan dari berbagai sudut pandang. Ada kebahagiaan versi masyarakat Baduy, anak muda, lansia, masyarakat kota dan desa. Pun ada pula versi kebahagiaan dari negara Finlandia, negara paling bahagia sedunia selama 5 tahun berturut-turut.

Makna kebahagiaan yang berbeda-beda

Bahasan koran Harian Kompas yang secara mendalam tersebut semakin menegaskan bahwa makna kebahagiaan setiap orang itu beda-beda. Jadi, tidak perlu merasa minder jika versimu paling ‘aneh’ dibandingkan yang lain.

Beberapa hari lalu aku menonton film berjudul “Soul” dan “The Elephant Whisperers”. Kesamaan dua film tersebut yaitu membahas tentang passion dan kebahagiaan. The Elephant Whisperers menceritakan tentang sepasang suami-istri yang menikmati profesi mereka sebagai “pengasuh” gajah di pelosok India. Film ini berhasil meraih Oscar sebagai film dokumenter pendek terbaik. Sedangkan, Soul menceritakan tentang seseorang yang sedang mengalami krisis jati diri dan ingin menemukan kebahagiaan sejatinya. Soul juga meraih Oscar sebagai film animasi terbaik. Kebetulan aku menonton dua film ini dalam waktu yang berdekatan.

Dua film ini juga menegaskan bahwa kebahagiaan setiap orang itu berbeda-beda. Tidak ada versi yang paling benar. Tidak ada versi yang lebih baik dibandingkan versi yang lain. Setiap orang memiliki versi bahagianya masing-masing, dan itu tidak perlu dibanding-bandingkan.

makna kebahagiaan

Sumber : Unsplash

Media sosial

Namun, keberadaan media sosial seperti mendisrupsi kebahagiaan itu sendiri. Kini, media sosial seakan-akan mendikte kebahagiaan orang-orang. Bahkan dia (media sosial) mendefinisikan kebahagiaan untuk orang-orang, yang membuat versi kebahagiaan mereka tidak otentik lagi. Coba tanyakan pada diri sendiri, apa makna kebahagiaan versi dirimu sendiri? Apakah itu benar-benar yang kamu inginkan? Atau malah sebagian besar berasal dari “bisikan-bisikan” media sosial?

Baca juga :   Katakan Tidak!

Memaknai ulang kebagiaan

Tipsnya adalah dengarkan suara hatimu. Redam dulu suara-suara yang berasal dari luar dirimu, termasuk dari media sosial. Tanyakan pada diri sendiri, apa makna kebahagiaan versiku? Apa yang membuatku bahagia? Apa yang membuatku paling bahagia?

Kebahagiaan itu cenderung bersifat dinamis, begitu pula dengan maknanya. Ia berubah seiring berjalannya waktu dan kondisi. Jadi, tak masalah jika bahagiamu terus berubah-ubah. Dengarkan terus suara hatimu. Sambil terus mencari tujuan hidup dan kebahagiaan sejati, jangan lupa untuk menikmati proses dan setiap momennya. Jangan lupa untuk bahagia!

Writer : Bayu Rakhmatullah

Mari Berdiskusi