Bukan untuk menakut-nakuti. Kenyataannya kesepian memang bisa membunuh, meski tidak secara langsung. Beberapa waktu belakangan, koran Harian Kompas mengabarkan beberapa kasus bunuh diri di Jakarta. Penyidik menduga bahwa salah satu alasannya adalah kesepian.
Kesepian itu merupakan hal yang manusiawi. Wajar dan juga merupakan bagian dari hidup manusia. Tak perlu malu jika memang kesepian. Kesepian dibagi menjadi dua, yaitu transient loneliness dan chronic loneliness.
Transient loneliness adalah kesepian yang ringan, hanya sebentar saja dan tidak begitu mengancam. Setiap orang pernah merasakan kesepian jenis ini. Sedangkan chronic loneliness adalah jenis kesepian yang lebih akut, berlangsung lama dan mengancam jika tidak ditangani. Seringkali kesepian jenis ini mengakibatkan seseorang susah tidur dan stres, hingga ia “melarikan” diri melalui minum alkohol. Tidak jarang juga pada akhirnya memutuskan untuk menutup diri, tidak mau berinteraksi dengan siapapun, bahkan dengan orang-orang terdekat sekalipun. Sebuah studi menyebutkan bahwa salah satu tanda kesepian yaitu menggunakan media sosial secara berlebihan. Riset juga membuktikan bahwa orang-orang yang mengalami kesepian akut lebih rentang mengalami demensia, depresi bahkan bunuh diri.
Penerimaan adalah koentji. Seperti disebutkan di awal bahwa kesepian itu merupakan hal yang manusiawi, wajar dan bagian hidup manusia. Kesepian adalah proses yang harus dilalui dalam hidup ini, maka akui saja perasaan tersebut. Tidak perlu malu, sebab itu manusiawi. Kita juga bisa mengubah paradigma terhadap kesepian, misal kesepian sama halnya seperti rasa lapar. Kita tidak malu jika merasa lapar, pun seharusnya demikian dengan kesepian. Ketika kita berhasil mengubah paradigma kesepian yang selama ini “menyeramkan” menjadi hanya sebagai “lapar”, kesepian semakin terasa lebih ringan, bearable.

Sumber : Unsplash
Connet/re-connect
Jika lapar, solusinya adalah makan, maka solusi kesepian adalah terhubung, connect/re-connect. Benar, bahwasannya menutup diri akan semakin memperburuk kesepian itu sendiri.
Jika kesepian itu datang, coba hubungi orang-orang terdekat, sahabat misalnya. Ceritakan yang kamu alami atau rasakan. Niscaya rasa kesepian itu tiba-tiba sirna.
Namun, ada kalanya yang terjebak pada pola yang hanya ingin didengarkan. Mereka menghubungi hanya jika merasa kesepian, namun ketika orang lain mengadu bahwa kesepian, mereka enggan membantu, meski hanya sekadar mendengarkan. Pola ini termasuk beracun. Cepat atau lambat orang lain pun akan menyadarinya, hingga nanti ditinggalkan.
Kesepian itu tidak melulu terjadi pada saat sendiri. Bahkan saat ramai, dikelilingi oleh orang banyak sekalipun, kesepian bisa hinggap di hati. Pun orang yang sendirian juga bisa tidak merasa kesepian. Kuncinya adalah terhubung pada diri sendiri. Keterhubungan pada diri sendiri ini sejatinya adalah yang utama. Kita bisa merasa terhubung pada orang lain, namun jika tidak terhubung pada diri sendiri, perasaan kosong itu tetap ada. Mengaga di hati.
Keterhubungan itu juga bukan melulu dengan manusia, melainkan juga bisa dengan alam, hewan peliharaan dkk.
Aku cukup beruntung memiliki seorang sahabat yang satu frekuensi denganku. Aku merasa sangat terhubung dengannya. Ketika rasa kesepian begitu tak tertahankan, aku akan menghubunginya. Sekoyong-konyong aku merasa lebih baik. Sebaliknya, ketika dia merasa kesepian, aku juga siap mendengarkan ceritanya. Rasanya, tak salah jika menyebut sahabat sebagai solusi dari banyak masalah …
Writer : Bayu Rakhmatullah