Apakah aku harus menyerah? Terkadang, kegagalan yang berkali-kali bisa meruntuhkan semangatku, membuatku putus asa, hingga mempertanyakan kemampuan diri sendiri. Dan pertanyaan itu muncul. Haruskah aku menyerah saja?
“Jangan pernah menyerah!”
Begitu kata banyak orang. Nope! Aku bukanlah orang yang pantang menyerah. Lantas, mudah menyerah? Tidak juga. Mungkin kata “mudah” tidak pantas disematkan pada diriku. Aku bukan orang yang pantang menyerah, pun bukan orang yang mudah menyerah. Tapi, aku membolehkan diriku untuk menyerah.
“At times, it feels rich after giving up. Not everyone can give up easily, and I enjoy giving up.” – Be Melodramatic
Yup, terkadang menyerah itu melegakan juga. Tentu setelah memenuhi berbagai persyaratan, salah satunya adalah telah melakukan yang terbaik.
Sudah saatnya kah aku menyerah? Aku pernah bertanya pada seorang teman, kenapa dia tak kunjung menyerah padahal kegagalan terus menyertainya? Dia masih memiliki harapan, begitu katanya.
“Hope is a dangerous thing. Hope can drive a man insane.”
“Hope is a good thing, maybe the best of things, and no good thing ever dies.”
Dua kalimat di atas merupakan quote dari salah satu film yang paling dicintai oleh umat manusia, yaitu The Shawshank Redemption. Arti sebuah harapan yang kontradiktif. Aku setuju dengan keduanya. Harapan merupakan salah satu hal terindah, terkuat dan terbaik di dunia ini. Namun, terkadang harapan juga bisa membuat manusia menjadi tidak waras.

Sumber : Unsplash
Seperti yang telah kukatakan bahwa aku mengijinkan diriku untuk menyerah. Namun, jika itu tentang impian, menyerah merupakan hal yang sangat sulit untuk kulakukan.
“If you give up on your dreams, what’s left?” – Jim Carrey
Aku sudah sejauh ini. Beberapa memang sudah berhasil kuwujudkan, namun masih ada impian (dan yang terbesar) yang belum berhasil kuwujudkan. Berat rasanya untuk sekadar menyerah. Jika aku menyerah pada impian-impianku, lantas apa yang tersisa dari hidupku?
Sampai kapan? Sampai kapan aku terus berjuang mewujudkan impianku? Sedangkan kegagalan seperti enggan pamit dari kehidupanku. Sampai kapan hingga aku boleh menyerah?
Entahlah. Pertanyaan seperti itu hanya aku (dan kamu) yang bisa menjawabnya. Tidak ada jawaban pasti. Intuisi yang bisa menjawabnya. Kamu tahu sendiri kapan harus menyerah. Kamu juga bisa menanyakan pada diri sendiri, apakah aku akan menyesal jika aku menyerah? Bisakah aku mengatasi rasa penyesalan tersebut?
Yang perlu diingat adalah tidak apa-apa untuk menyerah. Bisa jadi itu memang bukanlah jalanmu. Mungkin ada jalan lain. Tak apa-apa untuk banting setir.
Haruskah aku menyerah, Bay? Mungkin belum. Aku masih ingin terus berupaya untuk mewujudkan impianku …
Writer : Bayu Rakhmatullah