GMB KANGEN KAMU

By | May 5, 2017

Apa prestasi terbesarmu?

Masuk GMB.

“Kenapa kamu menyebut masuk GMB sebagai prestasi terbesarmu?”

“Masuk GMB, menjadi salah satu keluarga GMB merupakan berkah tersendiri bagiku. Rantaian berkah dan kenikmatan kuperoleh secara berturut-turut sejak aku masuk GMB. Bukan prestasi yang lain, namun lebih besar dari itu. Aku mendapatkan begitu banyak motivasi dan inspirasi untuk melakukan lebih, entah itu untuk mencetak prestasi atau bukan. Selain itu, aku menemukan aku yang baru sejak masuk GMB, yang tentunya menjadi pribadi yang lebih baik.”

Begitu lah sedikit kutipan saat seleksi wawancara suatu kegiatan.

GMB menjadi satu-satunya yayasan yang membuatku berhak untuk mengikuti kegiatan yang diadakannya sepanjang tahun, sepanjang hayat selama aku menjadi anggota keluarga GMB. Tidak berhenti pada YA & YLF 2016, namun terus berlanjut sampai nanti. Sampai saat ini, aku sudah mengikuti dua kegiatan besar, yaitu GMB Funventure dan GMB Kangen Kamu. Sedangkan, Giving Back Program dan Adventure Challenge akan segera berlangsung.

Kali ini aku akan mencurahkan 10 poin tentang GMB Kangen Kamu yang belum pernah kuceritakan sebelumnya.

 

Sebuah Pengorbanan

GMB identik sekali dengan pengorbanan. Aku masih ingat sekali ada banyak GMBers yang ketinggalan pesawat atau kereta untuk mengikuti National Camp dan YA YLF. Namun, mereka membeli tiket lagi. Bang Deni salah satunya. Dia memiliki kebiasaan ketinggalan yang berakibat harus membeli tiket yang harganya 2-3 kali lipat dari sebelumnya. Ada yang lebih naas lagi, Bagus namanya. Sebelum YA YLF berlangsung dia berlibur ria ke beberapa negara ASEAN. Apesnya, dia kehilangan dompet disana (gak kebayang kan kehilangan dompet di luar negeri?). Gak berhenti disitu, dia juga ketinggalan pesawat dari Jakarta-Yogyakarta. YA yang bener-bener YA, tanpa dompet.

“Cukup sampai sini, mungkin alam semesta memang tidak merestuiku untuk mengikuti NatCam/YA YLF. Cukup bay, kamu harus tau artinya cukup”, mungkin itulah yang akan kuucapkan jika aku jadi mereka. Begitu menggelikan bukan?

Begitu pula dengan GMB Kangen Kamu kali ini. Banyak pengorbanan bertebaran dimana-mana. Ada yang jauh-jauh dari Aceh dengan segala kesibukannya, ada yang harus menghentikan sementara rentetan touringnya, ada yang jauh-jauh dari luar negeri untuk sekadar melepas kangen dengan kami para GMBers. Ada pula GMBers yang sengaja me-rescedule tiket kereta nya untuk menunaikan kewajibannya sebagai mahasiswa. Tapi, dia datang. Sedangkan aku, apa yang kukorbankan? Hanya waktu belajar untuk UAS. Itu pun UAS yang open all. Ici ici banget kan?

Aku belajar banyak dari pengorbanan para Board dan GMBers. Cinta jika hanya diungkapkan belum tentu terbalaskan. Namun, dengan adanya pembuktian berupa pengorbanan akan meningkatkan probabilitas terbalasnya cinta tersebut. Begitu pula dengan rasa kangen. Jika hanya diucapkan saja tak akan mengobati rasa rindu itu sendiri, pergilah untuk menemuinya.

 

Mini YA

Tidak tidak tidak. Aku tidak akan menceritakan bagaimana caranya aku dan kelompokku bisa sampai ke CAMPAS CAMPING GROUND Desa Cijayanti, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat dari Jakarta hanya dengan uang 10K dan harus menyelesaikan misi di tiap check point nya (3 check point). Aku akan menceritakan pengalaman yang menurutku lucu.

10K? Bisalah yaa, toh aku dan kak Tari udah pernah melakukan YA yang sesungguhnya. Akhirnya, kita jalan kaki selama di Jakarta. Dan oon plus nya, kita tidak bisa menggandakan uang 10K tersebut karena kehabisan barang yang bisa dijual. Tak masalah kataku. Jarak yang kita tempuh selama di Jakarta kurang lebih 15km. Jalan kaki. Kelaparan menjadi masalah yang tidak bisa dihindari, apalagi Kak Tari belum sarapan.

Baca juga :   GMB ADVENTURE CHALLENGE 2017 : LULUSAN PERTAMA

Di pinggiran banyak sekali makanan dan minuman yang menggoda iman, sate ayam, cilok telor, es degan, es goyang, dll. Anehnya lagi, setiap melihat mereka penglihatanku berubah menjadi diperbesar dan diperlambat. Aku bisa melihat dengan jelas makanan dan minuman meluncur ke arah mulut, bahkan suara tenggorakan orang yang makan jelas sekali di telingaku. Aku hanya bisa diam dan memerintahkan nafsuku untuk tenang.

Lain halnya ketika YA yang sesungguhnya, modalnya 100k tiap orang. Hari pertama aku masih berani membeli yakult dan pocari, meskipun di hari selanjutnya aku menghentikan semua itu. Lah ini? 10K? Sekali beli yakult langsung tinggal 1500. Lantas bagaimana kabar misi kedua (membagikan 5 buku, 5 pensil, 5 pulpen, 5 penghapus) jika aku dan kak Tari memutuskan untuk menuruti nasfu makan?

Pada akhirnya selama perjalanan Jakarta – Bogor, kita hanya makan 2 bungkus cilok Bogor. Itu pun dibagi berenam. Meskipun begitu aku bersyukur bisa turut serta mengikuti mini YA ini. Suatu pengalaman berharga bisa merasakan kelaparan di saat cukup, senangnya menjumpai Indomaret meskipun hanya untuk ngadem, dan perasaan nano nano lainnya yang sangat layak diceritakan ke anak cucu.

 

Mentoring

“Jangan menceritakan masalahmu pada orang lain sembarangan, karena terkadang mereka bukan ingin membantu, mereka hanya ingin tahu bahwa kau sedang bermasalah.” Aku menanamkan quotes tersebut dalam-dalam ke dalam kepalaku. Saking dalamnya, aku memberlakukan quotes tersebut kepada orang-orang terdekatku pula. Alhasil, aku menanggung semua masalahku sendiri.

Aku tergabung dengan Kak Pika, Kak Rani, Kak Nisya dan Kak Libas dalam sesi mentoring. Mentor kita adalah Bang Indra. Satu per satu mulai menceritakan masalah yang dihadapi, ada yang menceritakan sampai ke level “sangat privasi” menurutku, ada juga yang sampai meneteskan air matanya. Aku? Tentu saja aku bingung mau menceritakan yang mana. Sebagian besar masalah yang kualami bersifat “ala-ala”.

Selain itu, aku tipe orang yang sangat berusaha untuk tidak melakukan hal yang tidak berguna. Maksudku, kenapa aku harus bercerita tentang masalahku ketika pada akhirnya aku sendiri yang harus menyelesaikan masalahku? Boro-boro ada masukan/saran yang berarti, mereka tidak mengerti apa yang kualami. Mereka juga tak sebidang denganku. Buat apa?

Pagi itu, Bang Indra membantah semuanya, terlebih menyadarkanku. Meskipun pada akhirnya tidak bisa menyelesaikan masalah secara keseluruhan, sharing dapat meringankan beban dari sang pelaku. Sebidang? Malah sharing dengan berbagai latar belakang akan menambah banyak wawasan karena memiliki pemikiran yang out of the box. Pesan favorit sekaligus yang sangat membantuku untuk menyelesaikan masalahku adalah, “bahwa mimpi merupakan sesuatu hal yang sangat sulit untuk dicapai sekarang. Jika mimpi merupakan hal yang bisa diraih sekarang, bukan mimpi namanya. Oleh karena itu, wajar saja ketika menggapai mimpi banyak kegagalan yang dialami.”

Terima kasih Bang Indraaa. Aku sembuh sekarang. Aku akan menjadi bayu yang dulu, bayu yang tidak pernah takut akan masa depan serta kegagalan. Aku juga akan tetap menjadi pemimpi besar.

 

Sepakbola pertama

“Kapan kamu terakhir bermain sepakbola?”

SD? SMP? Entah lah, aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas, yang pasti diantara dua masa tersebut. SMA? Tidak tidak tidak. Jika jadwalnya main sepakbola, aku kabur untuk makan di kantin bersama teman seperjuanganku, Zaki. Atau jika tidak ke kantin, aku akan pura-pura sakit, terus bobok di UKS. Kuliah apalagi, tidak ada yang berani memaksaku untuk main sepakbola.

Baca juga :   MASIH GMB KANGEN KAMU

Aku sama dengan kak Maizal yang tidak begitu menyukai sepakbola. Alasanku karena aku paling benci ketika berada di posisi mati gaya, tidak tahu harus melakukan apa. Tidak ada yang mau memberiku umpan karena tidak percaya bahwa aku bisa menjebloskan bola ke gawang.

“Tapi ini GMB kan? Mereka pasti percaya padaku dan memberikan umpan setidaknya satu kali.”

“Oke, I am in.”

Ini menjadi sepakbola pertamaku sejak ±7 tahun terakhir. Hujan deras tak menyurutkan semangatku untuk bermain. Anehnya, ketika aku terjatuh, sontak aku langsung bangun , mengejar bola kembali (meskipun jatuhnya tak sesering Mas Agus dan Kak Agustina). Aku tidak menjadi Bayu seperti biasanya. Bayu yang biasanya akan diam sejenak, kemudian mengutuk tanah yang membuatnya jatuh, lantas keluar dari lapangan tanpa peduli bola dibawa lawan ke gawang.

Perasaan apakah ini? Inikah yang dinamakan cinta? Tentu saja itu cinta. Kekuatan cinta mengalahkan kealergianku terhadap sepak bola. Terima kasih GMB. Wkwkwkw.

 

Werewolf

Siapa yang tidak tahu permainan werewolf? Permainan yang semakin dipopulerkan oleh aplikasi telegram ini. Sebelum aku bermain dengan GMBers untuk pertama kalinya (read = GMB Funventure 2016), aku menyimpulkan bahwa werewolf merupakan permainan yang dapat merusakan tali pertemanan/persahabatan. Satu per satu kecurigaan muncul setelah permainan usai, bahkan berlaku setelah sekian lama permainan berlalu, khususnya untuk werewolf yang sangat ahli berdusta. Benih-benih kebencian juga muncul akibat terlalu seringnya dibunuh di siang hari atas kecurigaan sebagai werewolf, padahal sejatinya merupakan rakyat jelata.

Simpulan itu berakhir sejak aku bermain dengan GMBers. Bahkan ketika aku dibunuh di siang harinya aku tetap tersenyum, tidak ada sedikitpun kebencian terhadap orang-orang yang menuduhku. Aku begitu menikmati permainan ini. Mengagumi sosok-sosok werewolf yang pintar sekali berdusta, khusunya Kak Doki. Menyaksikan ketajaman analisa dari Panji dan Kak Pida, serta ekspresi dedek Putnaf (ala kadarnya) yang berhasil membuat gelak tawa. Aku juga menjadi saksi bisu akan adanya Seer yang begitu melegenda, Kak Juan. Terakhir, aku turut serta merasakan ketegangan dalam pertarungan berjudul, “Sony, Sang Penentu”, meskipun pada akhirnya merasa ngilu.

Keseruan Werewolf tidak lepas dari peran “Tuhan” kita yang sangat totalitas. Dialah Kak Dinda. Seseorang yang tidak pernah lelah untuk memfasilitasi GMBers lainnya, bahkan setelah Kangen Kamu pun dia menawarkan diri untuk menjadi “Tuhan”, dengan segala kesibukannya. Sejak YA YLF, aku menjadi secret admier dari Kak Dinda. Mungkin sudah saatnya aku menaikkan level menjadi fans yang buka-bukaan, agar tak ada rasa grogi ketika aku bercakap-cakap ria dengannya.

Makasih banyak kak Dinda. Werewolf benar-benar menjadi permainan yang cocok untuk saling mengeratkan GMBers.

 

Bersambung..

Mari Berdiskusi