Aneh. Benar-benar aneh. Memori “itu” terus bergentayangan di kepalaku. Memori itu seakan-akan menagih banyak janji yang harus kepenuhi. Aku yakin aku telah disihir.
Memoriku kembali saat setahun silam, akhir Agustus, ketika Youth Adventure berlangsung. Saat dimana aku, Kak Aisyah, dan Anita sedang berjuang untuk bertahan hidup dengan bermodalkan uang hanya 300K. Jalan kaki puluhan kilometer, terlunta-lunta di pinggir jalan, terjaga hingga tengah malam, membawa beban berat di punggung, menahan lapar di perut serta perjuangan keras lainnya.
Memori tersebut terus berkeliaran di kepalaku karena aku tak kunjung menyelesaikan apa yang telah kurencakanan. Ditambah lagi sesosok manusia yang terus menagih janji padaku, yang mungkin juga dia lah yang telah memantraiku, Kak Andik. Dia tak henti-hentinya menanyakan kabar dari tulisanku yang tak kunjung kuselesaikan.
Berikut 15 poin (masih dalam konfirmasi – ala-ala drama korea) tentang perjalananku dan Bang Deni saat GMB Adventure Challenge 2017 silam.
LULUSAN PERTAMA GMB ADVENTURE CHALLENGE 2017
Alangkah baiknya jika aku menjelaskan dari awal. Awalnya bukan hanya aku dan Bang Deni yang tergabung dalam kelompok “Ramadhan With Love” yang harus berpetualang ke beberapa Negara ASEAN. Ada 5 orang, yaitu Bang Dayu, Mas Garda, Bagus, Bang Deni dan aku. Pada akhirnya ketiganya tidak bisa mengikuti petualangan kali ini dikarenakan alasan masing-masing. Bang Dayu karena harus mengurus wisudanya. Mas Garda karena masalah kesehatan. Bagus karena masalah pribadi.
Sejatinya, 5 dari kami, Bang Deni lah yang menjadi sosok yang paling diragukan bisa dan mampu untuk mengikuti petualangan kali ini. Tetapi, takdir berkata lain, Bang Deni lah yang akhirnya berangkat. Kata-kata Bang Az, “Sekali berkomitmen, matipun salah” begitu melekat pada dirinya. Bahkan untuk melakukan petualangan ini dia harus mengorbankan gajinya senilai 4jt dengan resign dari tempat kerjanya. Demi mengikuti GMB Adventure Challenge 2017, denganku, dia rela mengorbankan itu semua.
Sedangkan aku? Sebagai orang yang mengusulkan ide perjalanan kali ini, aku sungguh tak layak jika aku membatalkan untuk ikut serta. Bahkan, jika Bang Deni memutuskan untuk tidak ikut serta, aku akan tetap berangkat, meskipun sendiri. Bukan. Bukan karena komitmen atau yang lain. Aku hanya membenci ketika aku menjadi sosok yang “berwacana doang”.
Dengan izin Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kita berdua berangkat. Bahkan kita berhasil menunaikan misi dan selamat sampai di Indonesia. Kita juga menjadi lulusan pertama GMB Adventure Challenge 2017.
SEBUAH PERJUANGAN
Jauh.
Tidak jauh.
Jauh.
Tidak jauh.
Jauh.
Entah berapa mil jarak yang telah ditempuh oleh kakiku ini. Rasanya, kakiku akan terbakar karenanya. Aku seperti tidak memiliki energi sedikit pun untuk jalan kaki. Tapi aneh. Sungguh aneh. Aku tetap berjalan meskipun tidak ada energi tersisa.
Aku bukanlah orang yang gemar berolahraga. Bahkan, orang lain sering memberikan saran jika akan melakukan pendakian ke gunung atau melakukan perjalanan berat, maka berolahraga terlebih dahulu seminggu sebelum keberangkatan. Itu tidak berlaku untukku. Aku percaya bahwa jika ada pemandangan menarik atau pun hal yang seru, akan adanya energi yang muncul dengan sendirinya sehingga terus membuatku kuat berjalan.
Dia datang.
Dia tidak datang.
Dia datang.
Dia tidak datang.
Menunggu ditemani dengan suatu ketidakpastian merupakan hal yang sangat menyiksa bagiku. Sungguh menyiksa. Malam itu. Bukan, dini hari lebih tepatnya. Menunggu 4 jam agar matahari segera terbit benar-benar sangat lama rasanya. Apalagi, dibarengi dengan perasaan was-was akan kedatangan seseorang yang paling ditakuti. Bukan, bukan aku yang takut. Melainkan bang Deni. Bang Deni benar-benar takut ditangkap polisi yang hasil akhirnya adalah deportasi. Ketakutan yang berlebihan itu disebabkan oknum-oknum tertentu yang telah membisiki telinganya.
Aku sudah siap dengan semua kemungkinan buruk yang akan terjadi. Deportasi, ditangkap polisi, masuk penjara, tidur di jalanan, perkelahian kecil, dan masih banyak lagi hal buruk yang ada di pikiranku. Aku siap dengan semuanya. Tidur di apartemen mewah, makan 3 kali sehari, tidur nyenyak. Bukan hanya itu yang ingin aku rasakan. Aku juga ingin memiliki pengalaman tidur di pinggir jalan, kelaparan, dan terjaga sepanjang hari. Aku ingin merasakan itu semua di petualanganku kali ini, sebagai tambahan pengalaman dan bahan cerita untuk anak-cucu.
Akan tetapi, malam itu aku tidak kebagian untuk merasakan tidur di pinggir jalan. Aku harus menjaga Bang Deni yang tidur, di pinggir jalan. Dia takut saat bangun nanti, tiba-tiba dia sudah berada di kantor polisi. Sungguh lucu bukan abangku ini? Polisi pun tak kunjung datang.
COUCHSURFING
“Bang den, bang den, kita diterima,” teriakku.
“Iyakah, adekku?”
Aku masih ingat sensasi kebahagiaan ketika permintaan untuk menginap kita berdua diterima oleh calon housefam kami. Sensasinya itu kek menang lotre. Begitu pula ketika ditolak, rasanya seperti diputusin mantan (padahal gak punya mantan satu pun).
Yup, nama aplikasinya adalah couchsurfing. Aplikasi ini merupakan aplikasi bagi para traveller untuk mencari tempat singgah secara cuma-cuma, sekaligus tour guide jika anda beruntung. Bukan hanya itu saja, masih banyak fungsi lain seperti media untuk meet up, diskusi dan lain-lain.
Aplikasi ini sangat membantu kita berdua dalam petualangan kali ini. Kita sama sekali tidak mengeluarkan uang sepeserpun untuk akomodasi. Hebat bukan? Bayangkan! Misalnya biaya untuk menginap di hostel satu harinya 200k/orang, maka 18 hari menghabiskan 3.6jt. Kita berhasil meniadakan biaya akomodasi berkat aplikasi tersebut. COUCHSURFING.
Selain itu, yang tidak kalah penting dari sekadar tempat singgah, kita juga mendapatkan banyak cerita/wejangan dari setiap housefam yang kita kunjungi. Pengalaman pribadi dan cerita mengenai daerah setempat juga kita dapatkan dari mereka. Tak lupa mereka memberikan banyak informasi dan rekomendasi agar petualangan kita berjalan seru tanpa harus mengeluarkan uang yang banyak. Beruntung plusnya ketika kita mendapatkan pertolongan untuk menjalankan misi berbagi kita.
Sebenarnya, aku masih ingin bercerita banyak mengenai aplikasi ini, secara detail. Tapi, alangkah baiknya jika aku menjelaskannya pada tulisanku berikutnya mengenai “Tips and Trick Backpackeran Murah Ke Luar Negeri (masih dalam tahap konfirmasi juga).
Jika aku diminta mengenang kembali, betapa beruntungnya aku bisa berkenalan dengan aplikasi ini. Aku dikenalkan aplikasi ini oleh Kak Nuzul, big boss GMB yang barusan berhasil lolos YSEALI ke Amerika. Dia mengenalkan aplikasi tersebut saat mampir ke kosan ku. Awalnya, aku menolak dia untuk mampir karena esoknya aku harus bangun pagi untuk terbang ke Palembang. Tapi, karena dia mengatakan bahwa dia sangat kesepian dan gabut, maka aku tidak tega untuk menolaknya.
Selain dikenalkan dengan aplikasi tersebut cukup detail, dia juga banyak memberikan wejangan padaku agar perjalananku ini lancar jaya. Dia pula yang memberikan dukungan padaku agar bisa merasakan banyak hal dalam petualangan kali ini. Bukan hanya kemudahan, namun kesusahan juga. Mumpung masih muda.
PETUALANG SEJATI
Suatu keberuntungan tersendiri bisa mendengarkan cerita inspiratif dari pelaku itu sendiri. Dan aku orang beruntung tersebut.
Namanya Rafael. Laki-laki 31 tahun berkebangsaan Meksiko. Aku bertemu dengannya di rumah housefam kami, King. Aku bertemu dengannya di hari ke 2 aku di Vietnam. Dia sampai di rumah King malam harinya, ketika aku dan Bang Deni beranjak tidur. Tetapi, akan sangat disayangkan jika aku melewatkan kesempatan untuk bertukar cerita kepada sesama traveller. Mungkin saja besok tidak ada waktu meskipun hanya untuk berbincang. Keputusanku tidak salah. Aku mendapatkan inspirasi dari kisahnya.
Jadi begini ceritanya. Dia berada di Vietnam dalam rangka bepergian untuk keliling dunia. Dia meninggalkan rumahnya sejak setahun silam. Vietnam ini merupakan Negara ke 5 yang dia kunjungi. Sebelumnya, ada New Zealand, Mesir, India, dan Malaysia. Setelah dari Vietnam ini ada Negara yang akan dikunjunginya lagi sebelum akhirnya kembali ke Meksiko, yaitu Jepang.
Sama halnya dengan kisah-kisah inspiratif lainnya yang dimuat di buku-buku, seperti Chicken Soup For The Soul misalnya, petualangan Rafael juga membutuhkan suatu pengorbanan yang besar.
“Aku benar-benar ingin pergi mengelilingi dunia”
“Lakukanlah!”
“Tapi, bagaimana kita harus memulainya?”
Begitulah kiranya percakapan suami istri yang ingin mewujudkan impian yang selama ini sangat diidam-idamkan.
Berpetualang mengelilingi dunia membutuhkan uang yang tidak sedikit. Mereka memulai dengan menjual rumah dan barang-barang berharga lainnya, seperti mobil dan lain-lain. Rafael juga menutup bisnisnya yang selama ini telah menghidupi dirinya. Untuk lebih menghemat pengeluaran, dia dan istrinya tak sekedar jalan-jalan saja, melainkan juga bekerja di setiap Negara yang mereka kunjungi.
Mereka menggunakan suatu aplikasi bernama …. (catatan yang diberi Rafael hilang, browsing masih belum ketemu). Aplikasi ini memungkinkan seorang traveller untuk mendapatkan kerja di Negara yang dikunjungi. Sebagai ganjaran ia mendapatkan tempat singgah beserta makanan gratis dari si pemberi pekerjaan. Pekerjaaan yang dibutuhkan pun beragam, antara lain fotografer, penjaga rumah, guru, petani, dan lain-lain.
Rafael melakukan berbagai macam pekerjaan di 5 negera tersebut. Di New Zealand dia bekerja sebagai penjaga kebun. Di Malaysia dia bekerja sebagai pemetik buah-buahan. Sedangkan di Mesir dan India dia bekerja sebagai penjaga rumah. Dia menetap di tiap Negara tersebut rata-rata selama 3 bulan. Uniknya dia melakukan perjalanan terpisah dengan istrinya. Saat dia ada di Malaysia, istrinya di Australia. Saat dia ada Vietnam, istrinya di Indonesia. Begitu seterusnya. Jika ada kesempatan mereka berdua akan saling memamerkan foto mengenai perjalanan masing-masing melalui whatsapp dan aplikasi lainnya.
Tahun 2018 menjadi masa terakhir Rafael bisa bepergian karena masa berlaku paspornya sudah berakhir. Dia dan istrinya berencana untuk kembali mengelilingi dunia, setelah mereka memperpanjang paspornya. Tentu saja setelah mengumpulkan uang kembali. Mereka berdua ingin kembali ke New Zealand untuk mengunjungi mobil yang telah dibeli Rafael ketika disana. Mereka juga ingin berkunjung ke Canada.
Selain menceritakan pengalaman pribadinya tentang petualangan tersebut, dia juga berdiskusi denganku tentang kenikmatan tersendiri dari travelling. Ada beberapa sensasi dan perasaan yang telah dirasakan oleh Rafael karena travelling juga telah kurasakan.
“Akan ada begitu banyak perubahan dalam dirimu setelah melakukan travelling.”
Yup, itulah yang telah kurasakan. Begitu banyak, sampai tak bisa kusebutkan satu per satu. Aku sudah bukan Bayu yang dulu lagi. Aku menjadi seseorang yang berbeda dengan Bayu yang belum melakukan travelling. Dan masih banyak kenikmatan lainnya yang membuatku nagih untuk terus melakukan travelling. Meskipun begitu banyak kendala dan hambatan menghadang tak menghentikanku untuk terus berpetualang.
Sama seperti Rafael, aku juga ingin pergi mengelilingi dunia. Aku ingin memenuhi hasrat travelling ku. Aku mempunyai target, sebelum aku berusia 30 tahun, aku sudah melakukan petualangan yang telah kujanjikan ini. Setelah lulus nanti, aku ingin mengabdi satu tahun di Indonesia Mengajar. Kemudian, melanjutkan studiku ke luar negeri. Setelah itu, aku bekerja selama 1 atau 2 tahun untuk mengumpulkan uang sebagai modal untuk petualanganku nanti. Setelah itu, aku berangkat. Pergi mengelilingi dunia selama 2-3 tahun.
Terima kasih GMB karena telah membantuku menemukan apa yang paling ingin kulakukan kelak.
PERSELISIHAN YANG TAK KUNJUNG USAI
Tidak ada jaminan bahwa seseorang yang telah melakukan perjalanan bersama dengan banyak orang tidak akan mengalami perselisihan jika melakukan perjalanan dengan orang yang baru, bahkan jika orang tersebut telah melakukan perjalanan dengan orang lain dalam frekuensi yang banyak sekalipun. Aku telah melakukan sebuah perjalanan yang disebut “ziarah diri” dengan Kak Aisyah dan Anita. Aku akui banyak sekali perselisihan yang terjadi, perdebatan-perdebatan yang tak kunjung berhenti, terutama antara aku dan Anita. Aku tak akan menyangkalnya.
Aku tak akan menyangkal bahwa perjalanan kali ini juga penuh sekali dengan perselisihan diantara kita berdua. Perselisihan yang tak kunjung usai. Apapun bisa menjadi hal yang patut diperdebatkan, apalagi aku merupakan tipe yang dengan senang hati jika ditantang oleh seseorang.
Ada suatu keadaan dimana Bang Deni ingin sekali menonjok mukaku sampai penuh darah. Aku tahu itu. Begitu pula denganku, ada suatu keadaan dimana aku ingin sekali menendangnya dari pinggir stasiun agar tertabrak KRL. Aku ingin sekali melakukannya. Tetapi, kita berdua tak kunjung melakukan niatan buruk tersebut.
Alih-alih melakukan kekerasan tersebut, kita hanya melakukan pelampiasan dalam bentuk yang kecil. Tatapan sinis, keheningan yang menyiksa, maki-makian. Begitulah perselisihan yang kita alami, perselisihan yang tak kunjung usai.
Bagi teman-teman sekalian yang masih bingung apa itu “GMB Adventure Challenge”, silahkan kunjungi web GMB di www.g-mb.org . Silahkan kepoin apapun tentang GMB. Jangan lupa juga untuk membaca “Stories” dari GMBers mengenai Youth Adventure and Youth Leaders Forum, GMB Homestay Program, atau pun mengenai GMB itu sendiri. Dijamin setelah membaca banyak “stories” tsb niscaya engkau akan semakin jatuh cinta pada GMB. Percaya padaku. Janganlah malas untuk membaca.
Oh iya, tahun 2018 akan diadakan kegiatan “Youth Adventure and Youth Leaders Forum 2018”. Jadi, pantengin aja terus web dan social media dari GMB. Jangan sampai ketinggalan info mengenai pendaftarannya ya.
Bersambung…..